Penurunan kinerja seks tak hanya terjadi pada wanita, tapi juga kaum pria. Hal ini dipengaruhi fluktuasi hormon. Ketika hormon turun, kita akan mudah lelah dan kehilangan gairah seks. Pada pria, fase turunnya hormon testosteron akan membuat mereka berada dalam zona menopause layaknya wanita, dikenal dengan nama andropause.
Seperti dilansir dari Webmd, cepat lelah merupakan salahsatu tanda bahwa seorang pria mengalami penurunan testosteron. Mereka akan kehilangan banyak energi, sehingga selalu merasa tidak fit, padahal mereka menjalani rutinitas sehari-hari. Solusi untuk mengobatinya adalah dengan beristirahat yang cukup. Rendahnya level testosteron dalam tubuh juga bisa menjadi penyebab disfungsi ereksi, meskipun jarang hal tersebut menjadi alasan satu-satunya. Penawarnya adalah dengan terapi hormon secara berkala. Pria dengan kondisi hormon testosteron yang menurun akan mudah untuk lupa dan sulit berkonsentrasi. Untuk mengobatinya, cobalah lakukan meditasi secara berkala. Testosteron yang rendah juga membuat kekuatan dan massa otot pun menurun. Kerontokan rambut, juga dipicu oleh penurunan hormon testosteron. Kerontokan tak hanya terjadi pada rambut tapi juga pada kaki dan ketiak.
Sindrom defisiensi testosteron yang dalam istilah medis disebut hipogonadisme pada umumnya terjadi pada pria akibat penambahan usia. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi saat usia muda. Lalu ketika pria dengan kondisi kekurangan testosteron masih mungkinkah miliki keturunan?. Menurut dokter spesialis andrologi RS Fatmawati, Nugroho Setiawan, seperti dilansir liputan6 dotcom, harus dilihat dulu kapan terjadi hipogonadisme pada pria tersebut. “Misalnya hipogonadismenya terjadi sebelum menikah tapi sesudah pubertas penisnya masih baik, namun gairahnya menurun, frekuensi bercinta rendah, dan spermatogenesis yang dihasilkan tidak sempurna. Sehingga kemungkinan besar sulit miliki anak,” tutur dokter Nugroho. (SoL)