Sejak Nacin menjadi TKI di Arab Saudi, Jandara mau tak mau harus menjalani kisah cinta jarak jauh dengan sang suami. Malamnya, kini lebih sepi. Ranjang yang dibeli suami saat pernikahannya, kini hanya ditempatinya sendiri. Kesedihan yang kadang ia hadapi, mau tak mau harus ia rasakan sendiri. Mengadu kepada suami hanya bisa dilakukan melalui telepon. Ya, kerinduannya kepada Nacin hanya bisa diobati dengan pesan singkat atau sejenak mengobrol via telepon. Maklum, biaya untuk mengobrol via telepon lumayan mahal. Meski kesepian, Jandara tetap pasrah karena menganggap itu sebagai resiko atas pilihan yang diambilnya. Semua rasa rindunya, hanya bisa dilepas setahun sekali, yakni saat Nacin pulang ke tanah air. “Setahun sekali pulang ke Situbondo. Saya kalau pulang ya kangen-kangenan sama dia,” kata Sephia saat berbincang dengan wartawan Radar Surabaya, beberapa waktu lalu.
Di tahun-tahun pertama kepergian sang suami, Jandara masih bisa berlapang dada. Karena kebutuhannya setiap hari masih bisa dipenuhi karena Nacin selalu mengiriminya uang setiap bulan. Bahkan, sebagai wujud kepeduliannya, Nacin sengaja mengumpulkan uang untuk membangun sebuah rumah di Situbondo. “ya tapi lama-lama terasa juga kesepiannya. Tapi ya gimana, harus dirasain sendiri,” kata Jandara.
Rasa kesepian Jandara ternyata semakin tidak bisa dikendalikan. Dengan alasan besar biaya jika sering menelpon dari Arab Saudi, Nacin jadi semakin jarang berkomunikasi. Jandara yang awalnya betah di rumah untuk mengurus anak, mulai memilih bergabung dengan teman-temannya di luar rumah dan menitipkan anaknya kepada sang mertua. Tidak hanya siang hari, semakin hari Jandara semakin sering keluar malam bersama teman-temannya dengan alasan mengobati kejenuhan. Hidupnya Jandara kian berubah. klub malam dan dunia gemerlap jadi santapan sehari-hari. (Bersambung)